- Back to Home »
- Cerpen »
- Lollipop terakhir untuk Cindy Gulla
Posted by : Unknown
Jumat, 18 Januari 2013
Matahari sudah naik, panasnya semakin membakar bumi ini
saja. Tapi dengan semangat aku berangkat ke taman demi bertemu dengan Cindy.
Ya, Cindy Gulla itulah namanya. Gadis yang cantik mempesona dan dapat menawan
hatiku. Dia sangat menyukai permen terutama lollipop. Kira-kira segitulah yang
bisa ku deskripsikan tentangnya.
Akhirnya aku sampai ditaman, ku temui Cindy yang sudah berada
disana. Perlahan aku berjalan kearahnya, segera ku tutup matanya. Dia sudah tau
kalau itu aku, jadi segera aku lepaskan saja tutupan itu. Ditaman kami bermain
dan bercanda gurau, aku sangat senang bisa bersamanya sampai saat ini. Bersama
gadis yang ku inginkan, aku bahkan tak ingin melepaskannya karena dia sangat
berharga bagiku.
Matahari mulai tenggelam, aku mengantar Cindy pulang.
Diperjalanan aku bertanya padanya
“Cindy, boleh ga aku nanya?”
“apa?” jawabnya
“Apakah kamu benar-benar tulus cinta padaku? Dan bagaimana
perasaanmu jika aku tidak disini bersamamu lagi?” kataku.
“Kamu bicara apa? Aku tulus mencintaimu, tak peduli apa yang
dikatakan orang. Aku tetap mencintaimu, aku tetap disampingmu sampai ajal yang
memisahkan kita. Dan asal kamu tau, jika kamu tidak ada disini bersamaku lagi.
Akan ku ikuti kamu kemanapun kamu melangkah.” Jawabnya
Aku menjadi terharu, ingin rasanya mengeluarkan air mata.
Tapi aku tak sanggup mengungkapkan rasa itu di depannya. Akhirnya sampailah aku
dirumah Cindy, setelah mengantarkannya dan berpamitan dengan orang tuanya. Aku
langsung pulang kerumah.
Esoknya, aku sudah mulai merasa baikan. Rasa bahagia sudah
menyelimutiku lagi. Tapi ditengah bahagia itu, aku mendapatkan telephone
dari ayahku. Beliau mengatakan bahwa satu minggu lagi aku akan dipindahkan ke
New York karena beliau ingin aku menemaninya disana. Maklum saja karena ibuku
sudah tidak ada sejak 3 tahun yang lalu. Aku sempat menolak karena aku belum
bisa berpisah dengan Cindy. Tapi karena ayah ku mendesak dan aku juga tak ingin
mendurhakai ayahku. Aku menerima tawaran itu.
Aku berpikir, bagaimana caranya mengatakan ini pada Cindy
dan aku hanya punya waktu satu minggu sebelum keberangkatan ku ke New York.
Akhirnya, kuhabiskan setiap hariku yang tersisa untuk bersamanya. Seperti biasa
kami berada ditaman bermain dan bergurau. Tiga hari sebelum aku berangkat, aku
memutuskan membawa gitarku ke taman. Cindy sempat bertanya-tanya mengapa aku membawa gitar,
tapi aku hanya mengatakan bahwa aku ingin membuat sebuah lagu bersamanya.
Sebagai kenangan dalam hubungan kami berdua. Selama dua hari kami melakukan
itu, yaitu membuat lagu bersama dan aku belum juga mengatakan apa yang terjadi. Akhirnya lagu itu selesai tepat satu hari menjelang keberangkatanku. Judul lagu itu “Two Years Later”, ya
aku berharap dengan lagu itu cinta kami takkan terpisahkan sampai kapanpun.
Hari yang dinanti telah tiba. Waktunya bagiku untuk
bersiap-siap untuk berangkat menuju new York. Sebelum aku berangkat menuju
bandara, aku beranikan diriku untuk menemui Cindy. Meski aku tak tega melihat
dia sedih jika aku meninggalkannya. Tapi itulah yang terjadi, mau tidak mau
harus aku lakukan biar luka ini sedikit terobati.
“Cindy, ada yang ingin kubicarakan denganmu” kataku
“Apa itu?” Tanya Cindy dengan halusnya
“Maafkan semua kesalahanku ini,, aku sangat
menyesal tapi inilah yang terjadi.” Kataku
“Sebenarnya ada apa ini? Aku tidak mengerti.” Tutur Cindy
dengan bingung
“Maafkan aku yang tidak memberi tau mu sebelumnya. Aku hanya tak
ingin kamu bersedih. Sebenarnya, aku akan pindah ke New York hari ini. Ayahku memintaku
untuk menemaninya disana. Aku tidak ingin kehilanganmu Cindy. Kamulah permata
bagiku, pelita hatiku dan pengobat lukaku. Tapi tak disangka kita akan
dipisahkan seperti ini. Sebagai hadiah terakhir dariku, aku berikan lollipop
ini padamu. Aku ingat lollipop inilah yang pertama kuberikan kepadamu.
Namun sekarang itu akan menjadi lollipop terakhir yang kuberikan padamu. Satu
lagi, jika kamu rindu denganku. Kamu nyanyikan saja lagu yang kita buat
bersama itu. Lagu Two Years Later yang kita buat bersama.
Aku yakin dengan itu kita akan terhubung satu sama lain. Aku tak akan
melupakanmu sampai kapanpun. Sampai jumpa Cindy.” Kataku.
Aku berjalan menuju mobilku. Ketika aku hendak membuka
pintu, Cindy memegang tanganku dan berkata “Jangan pergi, aku ga mau kehilangan
kamu. Aku mohon jangan pergi, aku tak tau apa yang akan terjadi jika kamu tidak
ada disisiku. Kamu sangat berharga bagiku, Cuma kamu yang selalu ada di setiap
suka dan duka ku. Aku mohon jangan pergi.” Tutur Cindy menangis.
Seketika air mata mengalir dipipiku. Kali pertamanya aku
mengeluarkan air mata, sejak aku ditinggal oleh ibuku. Ingin aku tinggal disini
dan menolak permintaan ayahku. Tapi aku juga tak ingin melihat ayahku kecewa.
Cindy menangis sejadi-jadinya , begitu juga aku. Ku peluk erat dia, dan kucoba
untuk menenangkan dia. Jarum jam menunjukan pukul 13.00, aku harus segera
pergi.
Kata yang terakhir ku ucapkan pada Cindy adalah “Sayonara
Cindy-chan” air mata menitik dari mataku. Kulihat dari atas mobilku, Cindy
masih menangis dan berteriak “Akan kususul kamu ke New York, aku yakin suatu
saat kita akan bertemu lagi.” Tangisan ku semakin menjadi. Mendengar hal itu semakin tak sanggup rasanya untuk meninggalkan Cindy, kekasih hatiku.
Satu tahun berlalu,, aku sudah mulai terbiasa dengan New
York. Tapi aku tidak pernah bisa melupakan Cindy, setiap aku melihat gitarku
aku teringat ketika kami bernyanyi bersama dan menciptakan lagu TWO YEARS
LATER. Dan sampai kapanpun aku tetap percaya pada kekuatan cinta yang akan
mempertemukan kami kembali.. Cindy,, jika kamu memang cinta sejatiku, maka akan kutunggu dirimu disini di New York ini sampai engkau datang padaku.
cieee siapa itu cindy gula..? :3
BalasHapusmasa ga tau kak??
BalasHapusoh y, kok tau ini blognya fadhil kak??