Posted by : Unknown Rabu, 23 Januari 2013


Pagi itu dia sudah berangkat menuju sekolah, namanya adalah Fery teman dekatku. Dia merupakan sahabat yang paling dekat dengan aku. Bahkan aku sudah menganggapnya sebagai saudara. Pagi itu Fery berangkat kesekolah bersama kekasihnya yang bernama Achan. Achan sangat mencintai Fery begitu juga Fery yang sangat mencintai Achan. Mereka memiliki sugesti yang kuat, sehingga tak ada yang bisa memisahkan mereka.

Dua bulan berlalu, mereka sudah menjalani hubungan hampir 2 tahun. Merekan akan merayakan Aniv mereka pada tanggal 2 Juni bertepatan dengan pengumuman kelulusan. Kepala Sekolah memberikan amplop kepada masing-masing siswa. Aku, Fery dan Achan lebih memilih membukanya bersama setelah mereka merayakan Aniv mereka yang ke2 tahun. Sore itu aku datang, mereka merayakan Aniv dengan sederhana saja. Setelah acara selesai, kami membuka amplop pengumuman lulus itu secara bersamaan. Syukurlah kami semua lulus, tiba Achan berkata “ Syukurlah kita lulus, waktunya mencari tempat kuliah yang bagus dan cocok sama kita.”

Mendengar itu, Fery langsung diam. Aku tau apa yang dirasakan Fery, sebenarnya dia tidak ingin berpisah dengan Achan. Tetapi dia harus pergi ke Jepang demi mengejar impiannya. Achan bingung melihat tingkah Fery yang berubah, lalu ia mencoba bertanya pada Fery.

“Sayang, kamu kenapa? Kamu ga senang ya kalo kita kuliah sama-sama?” ujar Achan

“Ga kok, justru aku senang banget.” Jawab Fery sambil senyum.

“Terus, kok kamu diam aja waktu aku bilang klo kita akan nyari tempat kuliah yang cocok sama kita?” Tanya Achan lagi.

Aku melihat mata Fery mulai berkaca, tapi aku yakin dia merupakan laki-laki yang kuat. Dia tidak akan menangis dihadapan gadis. Itu janji yang pernah dia ucapkan dihadapanku sewaktu kami masih dibangku SMP dulu.

“Aku,,” ujar Fery dengan ragu-ragu..

“Kamu kenapa?” ujar Achan..

“Aku,, aku,, aku,,” Fery masih gugup untuk mengatakannya.

Tiba-tiba Fery memeluk Achan dengan erat,, Achan yang bingung dengan tingkah Fery langsung bertanya “Kamu kenapa, sayang?”.

Akhirnya Fery mengatakan yang sebenarnya, “ Sayang, maafkan aku tidak pernah memberitahukan kamu tentang ini. Kakakku mengatakan padaku kalau aku sudah tamat SMA, dia akan membawaku ke Jepang. Dia memintaku untuk melanjutkan pendidikanku disana, aku tak pernah menjawab pertanyaanmu mengenai dimana aku akan kuliah karena aku tak ingin mengatakan ini kepadamu. Aku masih sayang sama kamu, bahkan lebih dari apapun yang ada didunia ini. Tapi inilah yang terjadi, aku harus pergi meninggalkan kamu. Maafkan aku.”

Achan hanya berkata, “ Jika itu keinginan kamu, aku akan terima dengan lapang dada. Aku juga sayang banget sama kamu. Dan jika memang kita jodoh, kita pasti akan bertemu lagi kok.”

Aku lihat mata Achan berkaca, dan dari matanya juga tergambarkan rasa kecewa. Aku yakin dia sangat kecewa dengan perkataan Fery. Tapi dia berusaha menerimanya.

“Baiklah sayang, dua hari lagi aku akan berangkat ke Jepang. Maukah kamu menemani hari-hari terakhirku dikota ini?” ujar Fery.

“Baiklah sayang,” jawab Achan

Mereka selalu bersama dia hari-hari akhir kebersamaan mereka, aku sangat bahagia bisa melihat temanku mendapatkan jodoh yang setia dan benar-benar tulus mencintainya.

………
Hari ini, tanggal 4 Juni. Waktunya bagi sahabatku Fery untuk berangkat ke Jepang. Sebelum dia pergi, dia menemui aku dan Achan ditaman. Dia meninggalkan kenang-kenangan untuk Achan, yaitu sebuah liontin yang di dalamnya ada foto mereka berdua. Saat itu mereka putus dengan cara yang dramatis. Sebelum pergi, Fery berkata padaku “Hey bro, tolong jaga Achan ya. Aku ingin kamu yang menjadi pasangannya. Karena aku percaya kalau kamu akan menjaganya sepenuh hati. Cuma itu pesan terakhirku.” Fery langsung berangkat dengan mobilnya menuju Bandara. Karena pesawat yang ditumpangi Fery berangkat pada pukul 09.00.

Aku lihat, Achan hanya diam tak bergerak sedikitpun. Aku tau apa yang dirasakan Achan, dia pasti sangat merasa kehilangan. Aku menghampirinya dan mengajaknya untuk pulang. Aku rasa, dia tertekan sekali dengan kepergian Fery. Tapi sesuai janjiku,, aku akan menjaga Achan sepenuh hatiku.

Jarum jam menunjukan pukul 10.00. Akhirnya aku sampai dirumah, aku hidupkan televisiku. Lalu menonton dengan asyiknya, tiba-tiba aku dikejutkan dengan Sekilas Info di televisiku.

“Sebuah pesawat tujuan Jepang  yang berasal dari bandara Juanda, Surabaya mengalami kecelakaan.  Diketahui mesin pesawat mengalami kerusakan saat take off. Akibat kerusakan itu, pesawat meledak ditempat. Sampai saat ini, ditemukan 47 korban. Dan sisanya masih dalam upaya penyarian tim SAR.”

Aku terkejut mendengar hal itu. Aku segera mengambil sepedaku, dan mengayuhnya sekencang mungkin  menuju rumah Achan. Aku memanggil Achan,,

“Achaaaaaaaaaaannnnnnnnnn….” Teriak ku

“Apa?” jawabnya dengan wajah yang masih sangat kecewa.

“Ayo ikut aku, kita harus cepat.” Ujarku semakin cemas.

“Memang ada apa?” jawabnya lagi.

“Ga ada waktu, cepat ikut dengan aku. Di jalan aku jelasin.” Aku menarik tangan Achan dan meminta dia duduk dibangku belakang sepedaku.

Aku mengayuh sepeda sekencang mungkin menuju bandara sambil menjelaskan apa yang terjadi. “Jadi gini chan, tadi aku melihat berita di televisi. Nah, tadi ada berita kalau pesawat tujuan Jepang dari bandara Juanda mengalami kecelakaan ketika take off.” Ujarku

“Ha? Bandara Juanda, tujuan Jepang. Itukan pesawat yang ditumpangi sama Fery.” Ujar Achan terkejut.
“Iya, makanya kita harus cepat.” Ujarku

Akhirnya kami sampai di TKP, tapi sayang. Kami tidak di izinkan untuk masuk. Beberapa menit berselang aku melihat kumpulan kantong mayat disebelah kananku. Aku dan Achan segera kesana dan kulihat disana ada Fery. Ya, tidak salah lagi. Itu Fery, aku sangat hafal dengan penampilannya dan disebelah Fery adalah mayat kakaknya.. Seketika aku terdiam sedangkan Achan menangis sambil memeluk Fery yang sudah terbujur kaku.

Semakin lama tangisan Achan semakin menjadi. Aku yang sudah tak bisa menahan rasa sedihku, langsung menumpahkannya. Dengan marah kepada Fery “Fery, kenapa kamu jadi begini. Kenapa kamu pergi begitu cepat. Mana janjimu yang akan membahagiakan Achan. Kenapa kamu pergi disaat seperti ini? Jawab Fery, jawab.” Ujarku dengan emosi yang tak terkendali.

Air mata semakin deras membasahi wajahku. Akhirnya aku sadar, tak ada gunanya aku marah. Fery sudah tiada. Aku segera memeluk Achan yang masih menangis, dan berkata “ Tabahkan hatimu ya teman, bukan hanya kamu yang merasa kehilangan. Aku juga, aku kehilangan sahabat terbaikku bahkan keluarganya juga. Kini aku tinggal sendiri, tak ada yang menemaniku lagi. Kita sama-sama kehilangan. Fery dan Kakaknya sangat berarti bagiku. Merekalah keluargaku, sejak kepergian kedua orang tuaku. Tapi aku tau itu semua adalah kehendak Tuhan, kita tidak bisa melawannya. Jadi aku minta kamu tenang ya. Kita berdoa saja kepada Tuhan. Agar mereka mendapat tempat yang layak.” Ujarku.

Akhirnya Achan tenang, dan kami menemui polisi dan meminta izin untuk membawa jenazah Fery dan Kakaknya pulang. Ambulan datang dan kami segera pulang. Aku titipkan sepedaku kepada satpam yang berjaga disana.

………
Pagi menyambut dunia yang saat ini kelam. Kelam akan duka kami semua. Setelah jenazah Fery disembahyangkan. Kami segera menuju pemakaman. Setelah pemakaman selesai, Achan kembali menangis. Tapi aku berusaha menenangkannya lagi. Aku meminta dia untuk menggunakan liontin pemberian Fery, karena itu merupakan amanat Fery agar Achan memakainya. Achan memakai liontin itu. Kini liontin itulah yang menjadi pelepas rindu Achan. Setiap dia ingin Fery ada disampingnya, dia membuka liontin itu sambil mengenang semua hal indah yang pernah mereka lalui bersaman. Dan aku juga masih ingat dengan amanat yang diberikan Fery kepadaku. Dia memintaku untuk menjaga Achan sepenuh hatiku. Oleh karena itu ampai kapanpun akan ku jaga Achan sepenuh hatiku. Meski nyawa taruhannya

.:selesai:.



{ 2 komentar... read them below or Comment }

  1. tokohnya kok berubah2???
    nama panjang tokohnya rony fery kali ya...

    BalasHapus
  2. Sorry kesalahan ketikan...
    Maklum khilaf,, tapi sudah diperbaiki

    BalasHapus

- Copyright © Aoshika7 - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -