Archive for Januari 2013
Liontin untuk Achan
Pagi itu dia sudah berangkat menuju sekolah, namanya adalah
Fery teman dekatku. Dia merupakan sahabat yang paling dekat dengan aku. Bahkan
aku sudah menganggapnya sebagai saudara. Pagi itu Fery berangkat kesekolah
bersama kekasihnya yang bernama Achan. Achan sangat mencintai Fery
begitu juga Fery yang sangat mencintai Achan. Mereka memiliki sugesti yang
kuat, sehingga tak ada yang bisa memisahkan mereka.
Dua bulan berlalu, mereka sudah menjalani hubungan hampir 2
tahun. Merekan akan merayakan Aniv mereka pada tanggal 2 Juni bertepatan dengan
pengumuman kelulusan. Kepala Sekolah memberikan amplop kepada masing-masing
siswa. Aku, Fery dan Achan lebih memilih membukanya bersama setelah mereka
merayakan Aniv mereka yang ke2 tahun. Sore itu aku datang, mereka merayakan
Aniv dengan sederhana saja. Setelah acara selesai, kami membuka amplop
pengumuman lulus itu secara bersamaan. Syukurlah kami semua lulus, tiba Achan
berkata “ Syukurlah kita lulus, waktunya mencari tempat kuliah yang bagus dan
cocok sama kita.”
Mendengar itu, Fery langsung diam. Aku tau apa yang
dirasakan Fery, sebenarnya dia tidak ingin berpisah dengan Achan. Tetapi dia
harus pergi ke Jepang demi mengejar impiannya. Achan bingung melihat tingkah
Fery yang berubah, lalu ia mencoba bertanya pada Fery.
“Sayang, kamu kenapa? Kamu ga senang ya kalo kita kuliah sama-sama?”
ujar Achan
“Ga kok, justru aku senang banget.” Jawab Fery sambil
senyum.
“Terus, kok kamu diam aja waktu aku bilang klo kita akan
nyari tempat kuliah yang cocok sama kita?” Tanya Achan lagi.
Aku melihat mata Fery mulai berkaca, tapi aku yakin dia
merupakan laki-laki yang kuat. Dia tidak akan menangis dihadapan gadis. Itu
janji yang pernah dia ucapkan dihadapanku sewaktu kami masih dibangku SMP dulu.
“Aku,,” ujar Fery dengan ragu-ragu..
“Kamu kenapa?” ujar Achan..
“Aku,, aku,, aku,,” Fery masih gugup untuk mengatakannya.
Tiba-tiba Fery memeluk Achan dengan erat,, Achan yang
bingung dengan tingkah Fery langsung bertanya “Kamu kenapa, sayang?”.
Akhirnya Fery mengatakan yang sebenarnya, “ Sayang, maafkan
aku tidak pernah memberitahukan kamu tentang ini. Kakakku mengatakan padaku
kalau aku sudah tamat SMA, dia akan membawaku ke Jepang. Dia memintaku untuk
melanjutkan pendidikanku disana, aku tak pernah menjawab pertanyaanmu mengenai
dimana aku akan kuliah karena aku tak ingin mengatakan ini kepadamu. Aku masih sayang
sama kamu, bahkan lebih dari apapun yang ada didunia ini. Tapi inilah yang
terjadi, aku harus pergi meninggalkan kamu. Maafkan aku.”
Achan hanya berkata, “ Jika itu keinginan kamu, aku akan
terima dengan lapang dada. Aku juga sayang banget sama kamu. Dan jika memang
kita jodoh, kita pasti akan bertemu lagi kok.”
Aku lihat mata Achan berkaca, dan dari matanya juga tergambarkan
rasa kecewa. Aku yakin dia sangat kecewa dengan perkataan Fery. Tapi dia
berusaha menerimanya.
“Baiklah sayang, dua hari lagi aku akan berangkat ke Jepang.
Maukah kamu menemani hari-hari terakhirku dikota ini?” ujar Fery.
“Baiklah sayang,” jawab Achan
Mereka selalu bersama dia hari-hari akhir kebersamaan
mereka, aku sangat bahagia bisa melihat temanku mendapatkan jodoh yang setia
dan benar-benar tulus mencintainya.
………
Hari ini, tanggal 4 Juni. Waktunya bagi sahabatku Fery untuk
berangkat ke Jepang. Sebelum dia pergi, dia menemui aku dan Achan ditaman. Dia
meninggalkan kenang-kenangan untuk Achan, yaitu sebuah liontin yang di dalamnya
ada foto mereka berdua. Saat itu mereka putus dengan cara yang dramatis. Sebelum
pergi, Fery berkata padaku “Hey bro, tolong jaga Achan ya. Aku ingin kamu yang
menjadi pasangannya. Karena aku percaya kalau kamu akan menjaganya sepenuh
hati. Cuma itu pesan terakhirku.” Fery langsung berangkat dengan mobilnya
menuju Bandara. Karena pesawat yang ditumpangi Fery berangkat pada pukul 09.00.
Aku lihat, Achan hanya diam tak bergerak sedikitpun. Aku tau
apa yang dirasakan Achan, dia pasti sangat merasa kehilangan. Aku
menghampirinya dan mengajaknya untuk pulang. Aku rasa, dia tertekan sekali
dengan kepergian Fery. Tapi sesuai janjiku,, aku akan menjaga Achan sepenuh
hatiku.
Jarum jam menunjukan pukul 10.00. Akhirnya aku sampai
dirumah, aku hidupkan televisiku. Lalu menonton dengan asyiknya, tiba-tiba aku
dikejutkan dengan Sekilas Info di televisiku.
“Sebuah pesawat tujuan Jepang yang berasal dari bandara Juanda, Surabaya mengalami
kecelakaan. Diketahui mesin pesawat mengalami kerusakan saat take off. Akibat kerusakan itu, pesawat meledak ditempat. Sampai saat ini,
ditemukan 47 korban. Dan sisanya masih dalam upaya penyarian tim SAR.”
Aku terkejut mendengar hal itu. Aku segera mengambil
sepedaku, dan mengayuhnya sekencang mungkin menuju rumah Achan. Aku memanggil Achan,,
“Achaaaaaaaaaaannnnnnnnnn….” Teriak ku
“Apa?” jawabnya dengan wajah yang masih sangat kecewa.
“Ayo ikut aku, kita harus cepat.” Ujarku semakin cemas.
“Memang ada apa?” jawabnya lagi.
“Ga ada waktu, cepat ikut dengan aku. Di jalan aku jelasin.”
Aku menarik tangan Achan dan meminta dia duduk dibangku belakang sepedaku.
Aku mengayuh sepeda sekencang mungkin menuju bandara sambil
menjelaskan apa yang terjadi. “Jadi gini chan, tadi aku melihat
berita di televisi. Nah, tadi ada berita kalau pesawat tujuan Jepang dari
bandara Juanda mengalami kecelakaan ketika take off.” Ujarku
“Ha? Bandara Juanda, tujuan Jepang. Itukan pesawat yang
ditumpangi sama Fery.” Ujar Achan terkejut.
“Iya, makanya kita harus cepat.” Ujarku
Akhirnya kami sampai di TKP, tapi sayang. Kami tidak di
izinkan untuk masuk. Beberapa menit berselang aku melihat kumpulan kantong
mayat disebelah kananku. Aku dan Achan segera kesana dan kulihat disana ada
Fery. Ya, tidak salah lagi. Itu Fery, aku sangat hafal dengan penampilannya dan
disebelah Fery adalah mayat kakaknya.. Seketika aku terdiam sedangkan Achan
menangis sambil memeluk Fery yang sudah terbujur kaku.
Semakin lama tangisan Achan semakin menjadi. Aku yang sudah
tak bisa menahan rasa sedihku, langsung menumpahkannya. Dengan marah kepada
Fery “Fery, kenapa kamu jadi begini. Kenapa kamu pergi begitu cepat. Mana
janjimu yang akan membahagiakan Achan. Kenapa kamu pergi disaat seperti ini?
Jawab Fery, jawab.” Ujarku dengan emosi yang tak terkendali.
Air mata semakin deras membasahi wajahku. Akhirnya aku
sadar, tak ada gunanya aku marah. Fery sudah tiada. Aku segera memeluk Achan
yang masih menangis, dan berkata “ Tabahkan hatimu ya teman, bukan hanya kamu
yang merasa kehilangan. Aku juga, aku kehilangan sahabat terbaikku bahkan keluarganya
juga. Kini aku tinggal sendiri, tak ada yang menemaniku lagi. Kita
sama-sama kehilangan. Fery dan Kakaknya sangat berarti bagiku. Merekalah
keluargaku, sejak kepergian kedua orang tuaku. Tapi aku tau itu semua adalah kehendak Tuhan, kita tidak bisa melawannya. Jadi aku minta kamu tenang ya.
Kita berdoa saja kepada Tuhan. Agar mereka mendapat tempat yang layak.” Ujarku.
Akhirnya Achan tenang, dan kami menemui polisi dan meminta
izin untuk membawa jenazah Fery dan Kakaknya pulang. Ambulan datang dan kami
segera pulang. Aku titipkan sepedaku kepada satpam yang berjaga disana.
………
Pagi menyambut dunia yang saat ini kelam. Kelam akan duka
kami semua. Setelah jenazah Fery disembahyangkan. Kami segera menuju pemakaman.
Setelah pemakaman selesai, Achan kembali menangis. Tapi aku berusaha
menenangkannya lagi. Aku meminta dia untuk menggunakan liontin pemberian Fery,
karena itu merupakan amanat Fery agar Achan memakainya. Achan memakai liontin
itu. Kini liontin itulah yang menjadi pelepas rindu Achan. Setiap dia ingin Fery ada disampingnya, dia membuka liontin itu sambil mengenang semua hal indah yang pernah mereka lalui bersaman. Dan aku juga masih ingat dengan amanat yang diberikan Fery kepadaku. Dia memintaku untuk menjaga Achan sepenuh hatiku. Oleh karena itu ampai kapanpun
akan ku jaga Achan sepenuh hatiku. Meski nyawa taruhannya
.:selesai:.
Lollipop terakhir untuk Cindy Gulla
Matahari sudah naik, panasnya semakin membakar bumi ini
saja. Tapi dengan semangat aku berangkat ke taman demi bertemu dengan Cindy.
Ya, Cindy Gulla itulah namanya. Gadis yang cantik mempesona dan dapat menawan
hatiku. Dia sangat menyukai permen terutama lollipop. Kira-kira segitulah yang
bisa ku deskripsikan tentangnya.
Akhirnya aku sampai ditaman, ku temui Cindy yang sudah berada
disana. Perlahan aku berjalan kearahnya, segera ku tutup matanya. Dia sudah tau
kalau itu aku, jadi segera aku lepaskan saja tutupan itu. Ditaman kami bermain
dan bercanda gurau, aku sangat senang bisa bersamanya sampai saat ini. Bersama
gadis yang ku inginkan, aku bahkan tak ingin melepaskannya karena dia sangat
berharga bagiku.
Matahari mulai tenggelam, aku mengantar Cindy pulang.
Diperjalanan aku bertanya padanya
“Cindy, boleh ga aku nanya?”
“apa?” jawabnya
“Apakah kamu benar-benar tulus cinta padaku? Dan bagaimana
perasaanmu jika aku tidak disini bersamamu lagi?” kataku.
“Kamu bicara apa? Aku tulus mencintaimu, tak peduli apa yang
dikatakan orang. Aku tetap mencintaimu, aku tetap disampingmu sampai ajal yang
memisahkan kita. Dan asal kamu tau, jika kamu tidak ada disini bersamaku lagi.
Akan ku ikuti kamu kemanapun kamu melangkah.” Jawabnya
Aku menjadi terharu, ingin rasanya mengeluarkan air mata.
Tapi aku tak sanggup mengungkapkan rasa itu di depannya. Akhirnya sampailah aku
dirumah Cindy, setelah mengantarkannya dan berpamitan dengan orang tuanya. Aku
langsung pulang kerumah.
Esoknya, aku sudah mulai merasa baikan. Rasa bahagia sudah
menyelimutiku lagi. Tapi ditengah bahagia itu, aku mendapatkan telephone
dari ayahku. Beliau mengatakan bahwa satu minggu lagi aku akan dipindahkan ke
New York karena beliau ingin aku menemaninya disana. Maklum saja karena ibuku
sudah tidak ada sejak 3 tahun yang lalu. Aku sempat menolak karena aku belum
bisa berpisah dengan Cindy. Tapi karena ayah ku mendesak dan aku juga tak ingin
mendurhakai ayahku. Aku menerima tawaran itu.
Aku berpikir, bagaimana caranya mengatakan ini pada Cindy
dan aku hanya punya waktu satu minggu sebelum keberangkatan ku ke New York.
Akhirnya, kuhabiskan setiap hariku yang tersisa untuk bersamanya. Seperti biasa
kami berada ditaman bermain dan bergurau. Tiga hari sebelum aku berangkat, aku
memutuskan membawa gitarku ke taman. Cindy sempat bertanya-tanya mengapa aku membawa gitar,
tapi aku hanya mengatakan bahwa aku ingin membuat sebuah lagu bersamanya.
Sebagai kenangan dalam hubungan kami berdua. Selama dua hari kami melakukan
itu, yaitu membuat lagu bersama dan aku belum juga mengatakan apa yang terjadi. Akhirnya lagu itu selesai tepat satu hari menjelang keberangkatanku. Judul lagu itu “Two Years Later”, ya
aku berharap dengan lagu itu cinta kami takkan terpisahkan sampai kapanpun.
Hari yang dinanti telah tiba. Waktunya bagiku untuk
bersiap-siap untuk berangkat menuju new York. Sebelum aku berangkat menuju
bandara, aku beranikan diriku untuk menemui Cindy. Meski aku tak tega melihat
dia sedih jika aku meninggalkannya. Tapi itulah yang terjadi, mau tidak mau
harus aku lakukan biar luka ini sedikit terobati.
“Cindy, ada yang ingin kubicarakan denganmu” kataku
“Apa itu?” Tanya Cindy dengan halusnya
“Maafkan semua kesalahanku ini,, aku sangat
menyesal tapi inilah yang terjadi.” Kataku
“Sebenarnya ada apa ini? Aku tidak mengerti.” Tutur Cindy
dengan bingung
“Maafkan aku yang tidak memberi tau mu sebelumnya. Aku hanya tak
ingin kamu bersedih. Sebenarnya, aku akan pindah ke New York hari ini. Ayahku memintaku
untuk menemaninya disana. Aku tidak ingin kehilanganmu Cindy. Kamulah permata
bagiku, pelita hatiku dan pengobat lukaku. Tapi tak disangka kita akan
dipisahkan seperti ini. Sebagai hadiah terakhir dariku, aku berikan lollipop
ini padamu. Aku ingat lollipop inilah yang pertama kuberikan kepadamu.
Namun sekarang itu akan menjadi lollipop terakhir yang kuberikan padamu. Satu
lagi, jika kamu rindu denganku. Kamu nyanyikan saja lagu yang kita buat
bersama itu. Lagu Two Years Later yang kita buat bersama.
Aku yakin dengan itu kita akan terhubung satu sama lain. Aku tak akan
melupakanmu sampai kapanpun. Sampai jumpa Cindy.” Kataku.
Aku berjalan menuju mobilku. Ketika aku hendak membuka
pintu, Cindy memegang tanganku dan berkata “Jangan pergi, aku ga mau kehilangan
kamu. Aku mohon jangan pergi, aku tak tau apa yang akan terjadi jika kamu tidak
ada disisiku. Kamu sangat berharga bagiku, Cuma kamu yang selalu ada di setiap
suka dan duka ku. Aku mohon jangan pergi.” Tutur Cindy menangis.
Seketika air mata mengalir dipipiku. Kali pertamanya aku
mengeluarkan air mata, sejak aku ditinggal oleh ibuku. Ingin aku tinggal disini
dan menolak permintaan ayahku. Tapi aku juga tak ingin melihat ayahku kecewa.
Cindy menangis sejadi-jadinya , begitu juga aku. Ku peluk erat dia, dan kucoba
untuk menenangkan dia. Jarum jam menunjukan pukul 13.00, aku harus segera
pergi.
Kata yang terakhir ku ucapkan pada Cindy adalah “Sayonara
Cindy-chan” air mata menitik dari mataku. Kulihat dari atas mobilku, Cindy
masih menangis dan berteriak “Akan kususul kamu ke New York, aku yakin suatu
saat kita akan bertemu lagi.” Tangisan ku semakin menjadi. Mendengar hal itu semakin tak sanggup rasanya untuk meninggalkan Cindy, kekasih hatiku.
Satu tahun berlalu,, aku sudah mulai terbiasa dengan New
York. Tapi aku tidak pernah bisa melupakan Cindy, setiap aku melihat gitarku
aku teringat ketika kami bernyanyi bersama dan menciptakan lagu TWO YEARS
LATER. Dan sampai kapanpun aku tetap percaya pada kekuatan cinta yang akan
mempertemukan kami kembali.. Cindy,, jika kamu memang cinta sejatiku, maka akan kutunggu dirimu disini di New York ini sampai engkau datang padaku.